Buatlah pidato tentang kebudayaan dan pakai bahasa daerah padang
B. Indonesia
Eza916
Pertanyaan
Buatlah pidato tentang kebudayaan dan pakai bahasa daerah padang
1 Jawaban
-
1. Jawaban ALMUBASIRUN
Assalamualaikum Warah Matullah Wabarakatuh
YTH. Pucuak Undang: Bpk Bupati, Ketua DPRD, Dandim,Kapolres, Kepala Kejaksaan, Kepala Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama dan Kepala SKPD Kab.Solok.
Yth. Pucuk Pimpinan LKAAM Prop. Sumatera Barat Beserta Rombangan .Yth. Bpk Ketua LKAAM Kabupaten Kota se Sumatera Barat dan teristimewa peserta Duduek Baropok Anak Nagari se Sumatera Barat. Para Panelis dan Panita Pelaksana Alek Pekan Budaya Sumatera Barat Tahun 2012 di Kabupaten Solok.
Angku2 Ninik Mamak Nan Gadang jolong basuo nan tinggi tampak jaueh Bukan Bahinggo Jo Babiteh, indak basibak jo basisieh, baitu juo Bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang samarak anjuang nan tenggi salajang kudo balari sapakiek budak maimbau karamo2 ditingkok, kabayam2 dihalaman nan duduek jo sukatan pandai manjago labieh jo kurang…….para undangan hadirin yang berbahagia.
Diawali dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa ta ala, atas rahmad dan karunia beliau, kita telah dapat berkumpul bersama dari seluruh stake holder dan pemangku kepentingan YANG BERKESEMPATAN HADIR DIRUANGAN YANG BERBAHAGIA INI semoga dalam acara ini kito dapek baiyo2 batido2, ringan sajijiang barek sapikua, dalam memaknai duduek baropok balega kato anak nagari Syara mangato adek mamakai Alam takambang jadi guru Usang-Usang Dipabaharui Lapuek- lapuek Dikajangi. Baju kito pakai usang Adek kito pakai baru
Saya yakin dan percaya Angku2 Ninik Mamak Nan Gadang Basa Batuah nan tinggi tampak jaueh , kita bangga dengan baju yang kito pakai, sehingga dapat secara efektif menjalankan tugas2 kepemimpinan terhadap anak kemanakan dalam suku, dengan LENGGO LENGGI yang jelas terdiri dari NAGARI, KAMPUANG, SUKU, KAUM,JURAI, serta perkerabatan kaum yang bermula dari rumah tangga atau rumah gadang.
Syalawat dan salam tentunya tidak lupa kita unjukan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya kejalan kebenaran.
Dalam konteks ini, agenda masyarakat Sumatera Barat (Minangkabau) adalah bagaimana dapat menempatkan diri dalam dinamika perubahan yang begitu cepat dan mendasar. Modal besar kita adalah sebuah sistem nilai adat yang dikatokan indak lapuek dek hujan indak lakang dek paneh tidak boleh kita abaikan.
Fenomena yang muncul kepermukaan akhir-akhir ini, seperti ada anak Minang tidak lagi bangga dengan ke-Minangannya, karena merasa tidak ada lagi yang dibanggakan, nilai-nilai budaya Minang kurang tercermin dalam kehidupan sehari-hari keluarga Minang, banyak orang Minang terisolasi dengan budayanya sendiri, munculnya kehidupan individualis, rendahnya kualitas moral dan sulitnya mencari pimpinan masyarakat yang benar-benar diikuti kata dan perbuatannya
Secara substansi dalam acara yang berbahagia ini sebagai kerangka berfikir kita sebagai peserta duduek baropok balega kato anak nagari Syara mangato adek mamakai Usang-Usang Dipabaharui Lapuek- lapuek Dikajangi. Kita berharap
akan lahirlah beberapa rekomendasi penting yang dapat dimplementasikan dalam kehidupan anak kemenakan di Minangkabau, sehingga Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah tidak hanya merupakan sesuatu retorika di tengah masyarakat Minangkabau tetapi harus diaplikasikan di tingkat nagari masing-masing.
Secara Filosofi yang kita anut adalah Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah, Syara Mangato Adat Mamakai. Syara yang dimaksud di sini adalah agama Islam, kitabullah yang dimaksud di sini adalah al-Quranul Karim. Syarak selain mengandung ajaran tentang akidah, ibadah dan akhlak juga mengandung nilai sosial budaya, nilai-nilai etika, moral dan adab sopan santun. Nilai-nilai dalam syara berhubungan erat dengan kemasyarakat dan dengan Tuhan.
Masyarakat kita di Minangkabau ini memiliki dua kekuatan yang telah menyatu padu yaitu syara dan adat. Lahirlah filosofi yang berbunyi syara mangato adat mamakai. Syara mangato maksudnya agama Islam menyampaikan, mangarajoan suruah mangantian tagah. Maka biasa disebut, kato suruah, kato tagah dan kato jaiz. Mengaplikasikan ketiga kato itu yang dijadikan menjadi adat di Minangkabau, yang keluar dari itu disebut adat jahiliyah.